Sabtu, 27 Februari 2010

Kesultanan Majapahit

HERMANUS SINUNG JANUTAMA













MAJAPAHIT
DARUSSALAM


Tim Penulisan Sejarah
Islam Jaman Majapahit
Lembaga hikmah dan Kebijakan Publik
PDM Kota Yogyakarta
SEKAPUR SIRIH

Saya bersyukur kehadirat Allah SWT atas karunia kesempatan yang telah dilimpahkanNya. Dan juga berterimakasih kepada junjungan kita Gusti Kangjeng Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa melimpahkan berkah dan syafaat beliau. Juga kepada seluruh leluhur tanah Jawa dan Nuswantara –baik yang tercatat dalam sejarah maupun yang tidak- yang telah rela, tulus dan ikhlas meninggalkan jejak-jejak, petunjuk-petunjuk, maupun riwayat-riwayat sejarah Islam di Nuswantara. Berkat jejak-jejak tersebut akhirnya kami para anak-cucu ini dapat melacak dan mengeksplorasi. Sekalipun untuk itu, kami harus bekerja ekstra keras. Tidak hanya itu, kami juga harus mengikuti laku leluhur untuk bekerja dengan titi, nastiti, lan ngati-ati atas sejarah Nuswantara ini.
Tak lupa saya juga mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh rekan-rekan penulis, peneliti, dan pendukung yang terlibat dalam Tim Penulisan Sejarah Majapahit, terutama kepada Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, lebih khusus lagi pengurus Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik. Atas inspirasi, bantuan, dan dorongan beliau-beliau ini, saya akhirnya memberanikan diri menuliskan gagasan-gagasan dan temuan-temuan menarik sepanjang sejarah Islam di Nuswantara, khususnya sejarah Majapahit Darussalam.
Mengapa Darussalam? Karena, dalam bahasa Kawi ia setara dengan istilah hadiningrat. Istilah ini sesungguhnya cukup akrab di telinga kita. Mengingat ia masih dipergunakan hingga saat ini terutama di Jawa Tengah. Misalnya Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Penulisan sejarah Majapahit Darussalam ini seharusnya didahului dengan penulisan dan penelitian yang seksama di seputar masa awal Islam di Nuswantara. Yakni dari masa Gusti Kangjeng Nabi SAW masih hidup, setidaknya hingga era akhir Singasari (1292). Mungkin tulisan ini akan disusun kemudian setelah buku ini dianggap cukup untuk diterbitkan.
Namun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai hal ini, saya menyertakan sekelumit singkat tentang sejarah Nuswantara muslim sebelum Majapahit. Meskipun tidak secara kronologis, namun diharapkan penjelasan serba singkat itu dapat memberikan cukup penjelasan mengenai Majapahit sebagai negeri muslim Nuswantara.
Kerja keras Tim Penyusun ini sungguh menimbulkan keheranan dan kagum dari pribadi saya. Kemauan dan tekad yang sangat gigih mendorong bapak-bapak ini untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi. Misalnya ekspedisi yang langsung menyangkut Majapahit yakni dengan melakukan kunjungan ke Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur. Mereka dengan swadana yang apa adanya -hingga pengantar ini selesai ditulis- telah berkunjung ke Trowulan sebanyak 5 kali. Bahkan sedang direncanakan untuk mengadakan ekspedisi ke Museum Nasional “Fatahillah”, Museum Uang, Museum Maritim, dan berkunjung ke Perpustakaan Nasional, serta Pusat Dokumentasi di Jakarta.
Di samping itu bapak-bapak ini juga melakukan kunjungan kepada para akademisi dan pakar yang terkait dengan sejarah Nuswantara muslim. Antara lain berkunjung dan wawancara dengan Prof. Dr. Tulus Warsito (UMY), Prof. Dr. Damardjati Supadjar (F. Filsafat, UGM), Prof. Dr. Timbul Haryono (FIB, UGM), Prof. Dr. Ribut (FIB, UGM), Prof. Dr. Popi Romli, Dr. Andi (FIB, UGM), dll. Semuanya adalah narasumber penting dalam penulisan ini.
Namun, demikian yang kepentingannya melampaui semua itu adalah, tekad dan niyatan suci dan ikhlas dari seluruh rekan-rekan. Dengan begitu –termasuk penulis- berharap agar buku ini dapat menjadi amal saleh dan persembahan suci/ dharmasiksa ke hadirat Allah SWT. Sehingga dengan upaya penulis yang tak berharga ini dapat memperoleh ampunan serta rahmat dari Allah SWT. Allahumma taqobbal minnaa, yaa arhamarraahimiin.

Yogyakarta, 5 Juni 2009 (Susunan I)
Yogyakarta, 14 Juni 2009 (Susunan II)
Herman Sinung Janutama

2 komentar:

  1. oioi...

    Majapahit awalnya siwa-buddha mbah'e, jangan diislam2kan ya...

    baca sini dulu :

    http://wongjawa670.blogspot.com/2011/04/majapahit-bukan-kerajaankesultanan_16.html

    Anda memang orang pintar, tapi jangan keminter.

    BalasHapus